Jumat, 01 Juni 2012

Kado.

Tahun pertama untuk kebiasaan yang tidak biasa. Saya masih terjaga ketika Kamis harus luruh oleh Jum'at, hingga saya harus berbesar hari mendapati bulan saya berganti. Kemudian datang hari awal di bulan Juni.
@astriniw Hari pertama bulan Juni, hari untuk Beri. Selamat 21, yang suka bikin nyeri hati, tapi selalu mengerti @bagusnamec. Semoga semua menjadi baik.
16 jam yang lalu, tweet tersebut saya ketik saat saya bahkan belum beranjak dari tempat tidur. Hari ini, tersebutlah dia Bagus Indro Nugroho atau yang akrab dipanggil Namec; partner terdahulu saya yang lagi-lagi diberi kesempatan untuk menua ke 21 kalinya, dimana (mungkin) 24 atau 36 bulan kedepan dia tidak lagi akan mengijinkan dirinya berdiam demi dua puluh sekian yang lebih menjanjikan.

Entah berapa kali sudah saya pernah menulis tentang dia, baik dengan kandungan konten tulisan paling bodoh hingga tulisan dengan kandungan konten diatas batas intelegensi tertinggi (saya).
Tahun ini, tidak ada lagi kejutan khusus yang saya siapkan untuk harinya. Bukan karena apa-apa tapi lebih karena kemudian beberapa hari yang lalu dia menyadarkan bahwa secara de jure, saya bukan lagi siapa-siapa. Walaupun, like seriously saya ingin memberinya sebuah hadiah. Hadiah untuk seorang (calon) laki-laki yang (tadinya) selalu mendengar dan menerima telepon saya jam berapapun, berbentuk lebih dari sebuah tipuan harus berangkat keperantauan, pembuatan video yang mengingatkannya akan beberapa mantan, atau pancake yang saya buat dengan sepenuh hati dan saya bubuhi semiotika harapan melalui  sebuah tatapan.

Katanya distance is nothing when you are something, namun kemudian "jarak" merentangkan pengetahuan saya mengenai hal apa yang sedang dia gandrungi, barang apa yang sedang ingin dia miliki, dan siapa yang dia inginkan untuk menghabisi hari ini. Emm oke, yang terakhir anggap saja saya cuma pura-pura enggak tahu. :p

Biar sajalah.

Lebih dari itu, kalau saja halaman blog saya ini adalah sebuah kotak segi empat, saya ingin warnanya hitam dengan segumpal awan putih yang menyembunyikan segelintir bintang untuk diberikan. Ketika dibuka, kotak tersebut akan memunculkan Meyga Sukmana, memegang pianika dan amplop beraoma vanila yang mengandung doa semoga segalanya menjadi baik di 21 miliknya. Supaya Ia bahagia tanpa obsesi berlebihan mengenai apa yang orang sebut eksistensi dan gengsi. Supaya sekali-kali Ia mulai mencoba mentransformasikan mimpinya. Supaya Ia berbangga dengan kesederhanaan dan keihlasan untuk memaafkan, termasuk apabila dalam tulisan ini mengundang ketidak setujuan. Serta, supaya dia tidak lupa melindungi wanitanya dengan berjalan disebelah kanan.

Untuk Beri.
Lihat itu didepan! Bukankah masa masih terus berjalan tanpa perlu melupakan kenangan karena Ia adalah pelajaran? Selamat menua (kembali), Beri. Many good return in this another year of yours.
Jangan kebanyakan jalan-jalan! Cepetan jadian.

Salam sepatu boots!
Astrini.

Rabu, 30 Mei 2012

Siapa Lagi Kalau Bukan Giany.

"Kak Gigi ini ga berlebihan apa buat aku?" Kata saya sambil cengar-cengir tapi sebenarnya ingin menitikkan air mata keharuan yang luar biasa dalam. Hufht saya lebay. Dan sayangnya, kelebayan saya berbanding terbalik dengan ekspresi yang ditanya karena dia hanya menampilkan senyum (sok misterius) dan penuh kemenangan.

Saat itu Jum'at sore, tanggal 25 Mei. Di sekretariat UFO, baru saja diadakan briefing untuk kelancaran terselenggaranya kegiatan pelantikan keesokan harinya. Dengan gerak-gerik mencurigakan, Kak Gigi (teman UFO saya) terlihat merogoh tas, kemudian mengulurkan sesuatu berbungkus kertas kado kuning bercorak tokoh Mickey Mouse kepada saya. Dengan sebelumnya sok menolak karena merasa Kak Gigi sudah memberikan kado (paksaan) berupa tiket nonton konser Sheila On 7, saya menerima bingkisan tersebut sambil senyum-senyum. Dengan sigap seolah tak ingin apa yang ada ditangan lenyap, buru-buru saya membuka bingkisan tersebut.

Jadilah sebuah album milik White Shoes and The Couple Company bertajuk "Album Vakansi" berada digenggaman saya. Weits, album tersebut bukan album biasa. Covernya tidak lagi hanya gambar Nona-nona dan Tuan-tuan yang sedang berpose didepan pesawat terbang, namun tambahan tambahan tulisan "Selamat panjang umur, Astrini" lengkap dengan tanda tangan Nona Sari, Nona Meli, Uncle John, Tuan Ale, Ricky, dan Rio. Tak hanya itu, bungkusan tersebut disertai sebuah kartu pos bertuliskan quote kesukaan Kak Gigi (yang tampaknya kemudian menjadi quote kesukaan banyak orang) dari John Lennon, lengkap dengan alamat rumah, perangko dan pesan singkat yang isinya bikin pengen peluk-peluk yang suka pakai kupluk :3
Giany Amorita atau yang sangat akrab saya panggil Kak Gigi, adalah teman baik ketika menunggu mobil dicuci dan seorang wanita yang menginspirasi. Saya, adalah salah seorang yang terinspirasi.
Hampir dua tahun menjalin hubungan dekat dengannya, caranya yang sederhana dalam mencintai, menyukai, dan menggandrungi sesuatu suka membuat iri. Tulisan serta foto-foto di tumblrnya juga selalu meluluhkan hati.

Kak Gigi,
Semoga doa di kartu posmu untukku terkabulkan.
Dan semoga selanjutnya, minta nomer handphone berarti sebuah awalan untuk saling mengirim pesan secara berkelanjutan ya :p

Sudah saya bilang, kejutan itu adalah apa yang disebut dengan perjuangan.

Terimakasih, Kak Gigi. (:

Selasa, 29 Mei 2012

Hello Kids!


How I love to take some children's pic everywhere I go.
Altough so hard to set them into a measured position, they are all so cute, lovable, and friendly, so I'd love to back there and take their pic again.
Now, say hello to Pecatu - Bali Kids with their marching band's custom.

Senin, 28 Mei 2012

DITEMANI - MENEMANI



“Kalau lagi capek terus ada yang mau nyamperin, maunya dibawain apa? “
Pertanyaan diatas diungkapkan langsung oleh seorang teman setelah dia selesai manggung dengan bandnya. Tidak salah apabila pertanyaan tersebut dikatakan sebagai penutup hari saya yang diawali dengan pertanyaan “Sendirian aja?” tadi pagi, lalu “Kamu sendirian?” dipertengahan pagi dan siang, dan “Sendirian, As?” tepat dipertengahan hari.
Saya tidak memerlukan detik untuk kemudian menjawab pertanyaan teman saya itu, tepat setelah dia selesai berkata, saya menjawab bahwa saya senang hanya dengan ditemani, sebelum akhirnya saya berfikir diajak makan es krim atau perjumpaan yang dibubuhi sedikit pelukan akan lebih melegakan.
Saya selalu senang apabila diminta menemani, apalagi dengan sesuatu yang tidak sering saya lakukan sehari-hari (dan tidak memerlukan banyak biaya tentunya). Misalnya minum es dawet dipinggir jalan ketika sore hari, menemani periksa ke dokter, menemani ke toko alat make up, sekedar mengobrol dirumah dengan hanya menggunakan kaos dan kolor, menemani makan malam ketika seorang teman sedang menderita influenza, berkeliling kota mengendarai vespa, duduk dipelabuhan melawan angin kencang, membaca buku dalam temaram didalam mobil, dan (apalagi) menonton gig bersama karib. Sering juga saya berfikir, pasti menyenangkan duduk dipelataran sebuah jalan ramai dalam diam, namun tidak sendirian. 
Untuk urusan ditemani. Saya tidak mungkin bisa memungkiri apabila saya merasa amat senang apabila ada yang menemani. Ditemani buka puasa, ditemani makan pagi, siang, atau malam, ditemani hujan-hujanan, ditemani mengerjakan proposal atau laporan, dan tentu saja ditemani berbincang.
Berkaitan dengan pertanyaan teman saya diatas dan terlepas dari hasrat ingin sendiri yang terkadang muncul, buat saya, ditemani (atau menemani) itu lingkaran lugu yang sederhana, dimana semua orang bisa melakukannya. Dua hal tersebut membuat semua orang jadi bisa membahagiakan orang yang ditemani dan semua orang bisa jadi dibahagiakan oleh orang yang menemani.



Nothing is sweeter than the togetherness we share
-Tulisan di tissue JCo. Grage Mall-Cirebon
In case orang terdekatmu sekarang sedang butuh sekali ditemani, ambil handphone dan ajak dia bertemu.

(From http://astrn.tumblr.com/page/3)

Sabtu, 26 Mei 2012

Faizal Afnan.

Atau yang sehari-hari dipanggil Afnan, dulunya sering meminta orang lain untuk memanggilnya Nanan. Sok imut sekali. Pertemuan pertama saya dengan Afnan adalah sebuah Jum'at di Food Court UGM untuk kumpul kelompok ospek.
Dari awal, Afnan sudah ketahuan prospek kedepannya sebagai seorang fotografer handal. Posenya pada foto yang dipasang pada kartu pengenal anggota David Ogilvy (nama kelompok ospek kami), close up, hanya menampilkan satu mata, dan senyumnya. Sisanya hanya memperlihatkan body kameranya.

"The man behind the gun", apapun alatnya, yang paling penting adalah siapa yang mengoptimalkan alat tersebut. Dari awal juga, Afnan konsisten dengan device memotretnya. Canon 1000D dengan lensa kit 18:55mm. Dengan kameranya, Afnan telah menciptakan jutaan karya mengagumkan. Waktu saya masih (sok) sibuk memotret model dan berpameran di.... Facebook *krik*, karya Afnan berupa foto pabrik dengan asap-asapnya telah di pamerkan di selasar Benteng Vredeburg.

Dewasa ini, siapa sih yang tidak mengenal Ilusi Graphic? Sebuah company yang bergerak di bidang design graphic, digital printing, photography, dan ilustrasi yang sampai saat ini telah membuka cabang dengan konsentrasi yang bergerak dalam bidang wedding. Pemuda asal Bantul inilah founder dari company tersebut.

Hari ini, ditengah segudang kesibukannya, dia menyempatkan datang ke acara Pelantikan UFO UGM Angkatan XIX. Saat saya tanya "Lagi selo ya, Nan?", dia hanya menjawab "ini yang namanya sense of belonging".

Gayanya sederhana namun pemikirannya dewasa, komitmen bukan hanya dusta, dan dia berdedikasi tinggi untuk sebuah kebaruan yang mendewasa.
Semoga sukses Afnan, semoga tulang rusukmu segera utuh. (:

Jumat, 25 Mei 2012

A Place to Go


I don't really care if the road we have to walk are winding. I don't really care if the light that leads us there are blinding. I just wanna hold your hands, pass the street we don't even know before. 
Oh could we go back to the place where we can walk and share the breath together?
Ubud, is really a place to go.

Kamis, 24 Mei 2012

Move On

"Kalau kamu bisa bikin Astrini move on, aku acungin jempol banyaaaak banget buat kamu, Muk!" Kata Wahy pada Mukti seusai kami rapat KKN barusan. Perkataan itu muncul begitu saja ketika tiba-tiba obrolan mengenai cinlok (cinta lokasi) di KKN tiba-tiba dilancarkan. Tadi sore juga, dengan pelaku utama yang sama, saya di-bully di UFO dengan bahan sensitif yang kalau salah campur sedikit, bisa bikin saya pengen gigit-gigit; Move On.

Sebelumnya, jangan menaruh ekspektasi berlebih terhadap tulisan move on versi saya ini, karena mengingat keterbatasan ketrampilan berfikir dan menulis saya, tulisan ini tidak akan sesangar tulisan move on tingkat tinggi oleh Mas Awe beberapa hari yang lalu.

Entah sejak kapan kata-kata move on beserta teman sejawatnya yaitu galau, kepo, dan lain-lain ini mulai merebak hangat dikalangan masyarakat. Dalam perspektif saya, Move on bukan hanya urusan proses setelah putus hubungan. Lebih dari itu, Ia merupakan penghubung proses pembelajaran dan hasil akhirnya, ya kurang lebih seperti buku rapor. Selain itu, buat saya, move on tidak pernah semudah apa yang diterjemahkan www.translate-google.com sebagai "pindah". Like seriously, pindah? Sesederhana itu?

"Hayo ketahuan. Aku laporin polisi move on lho kamu, As!" Begitulah yang sering Decin ucapkan apabila dia memergoki saya memasang DP atau PM BBM yang nyerempet-nyerempet -yah-itulah-yang-identik-dengan-move on-saya. Yang dimaksud Decin dengan polisi move on diatas adalah seseorang yang dengan tegas akan mengomel, mengeluarkan kata-kata nyelekit, dan menampilkan ekspresi muka minta ditabok, yang tak lain dan tak bukan adalah Wahy. Ditelinga saya, kata-kata "polisi move on" hasil karya Decin tersebut terdengar konyol sekaligus menyeramkan sekali. Seolah-olah, tidak bisa move on merupakan sebuah tindak kriminal yang harus dicegah dan dimuarakan di sel untuk menanggulangi tindak kriminal selanjutnya. Ngomong-ngomong, saya bukannya bangga dengan labelling "tidak bisa move on" yang dilekatkan Wahy (dan Decin) di pundak saya. Mereka tidak tahu saja bahwa selama ini ((dari awal)(yang notabene sudah lebih-dari-16-bulan)) saya sekuat tenaga berusaha untuk move on, tapi ternyata usaha tersebut  lebih sulit dari merajut usaha blocknotes *malah*.

Semboyan lama yang mengatakan "luka cinta, obatnya cinta juga" memang tidak sepenuhnya bisa disalahkan. Namun semoga saya benar, bahwasanya untuk move on, kita tidak perlu buru-buru mengganti (pasangan) yang lama dengan yang baru, karena tidakkah hal tersebut riskan menimbulkan kemungkinan "cuma pelarian?". Akan lebih baik apabila jeda antara melepas "yang lama" dan menemukan "yang baru" diilhami sebagai sebuah proses mendewasa, dimana seseorang bisa meresapi kesendirian dengan melakukan hal yang dirasa tidak memungkinkan ketika memiliki pasangan atau bertransformasi sesuai keinginan. Mengenai menjadi buruk atau baik, itu adalah pilihan, yang notabene adalah hak semua orang.

"Move on adalah sebagian dari iman. It's alright, Astrini!"
Derry Safrabbani 

Rabu, 23 Mei 2012

Melukis Pelangi

I.
Sudah lebih dari dua tahun setelah posting pertama di blogspot pribadi yang saya beri judul Melukis Pelangi. Mengapa Melukis Pelangi dan bukan Melukis Pelangi di Matamu? Pertama, bisa-bisa nanti dikira official blogspot Band Jamrud. Kedua, saya suka melukis. Sayang, hasil lukisan saya tidak mumpuni sehingga akhirnya "melukis" saya hormati dengan cara menempatkannya sebagai kata pertama untuk judul blog ini. Dan ketiga, saya juga suka dengan pelangi. Warnanya, suasana ketika dia muncul, dan dengan filosofi pelangi dari Band Dygta yang saya gandrungi ketika di bangku SMP dulu. "Pelangi itu indah tapi cuma bisa dipandang. Enggak bisa dimiliki". Fak! Cengeng.

II.
Saat itu bulan Juli, masih 2010. Saya (selesai) menjalin hubungan lumayan dekat dengan seorang pria. Tanggal 17 dia berulang tahun, dan saya berinisiatif membuatkannya sebuah blocknotes dengan  cover bergambar foto dirinya. Mengapa blocknotes? Karena saya pribadi suka sekali mengoleksi blocknotes. Apabila blocknotes saya baru, bagus, dan tebal (kertasnya) saya akan lebih bersemangat menulis apapun disitu. Curhatan, catatan pengeluaran, dan tak lupa bahan perkuliahan. Karena hasil blocknotes hadiah untuk teman tersebut memuaskan, saya kemudian membuat 3 buku lagi. Yang dua merupakan hadiah ulang tahun untuk Mas Apunk (Senior UFO), dan Ibu saya. Sisanya, saya gunakan sebagai buku catatan kuliah semester 3. 4 buku pertama tersebut masih hasil dari menggunakan jasa abang foto copy-an untuk urusan hard cover dan binding bukunya.

III.
Pada mata kuliah Desain Grafis di semester 3, saya pernah mendapat tugas untuk mendesain logo sebuah perusahaan yang seolah milik pribadi. Tanpa berfikir panjang saya membuat desain dengan nama Melukis Pelangi. Sebuah perusahaan blocknotes dengan slogan "Create your own character by designing your own blocknotes". Ouch sekali bukan. Logo tersebut lalu saya pasang pada cover belakang blocknotes yang dipesan Derry untuk hadiah ulang tahun adik kembar tiga temannya yang berkuliah di UI yaitu Imbi, dan Andina yang juga minta dibuatkan blocknotes putih bergambar jerapah dan sapi.

Kini, di komputer jinjing pribadi saya terdapat folder berjudul "Melukis Pelangi", dimana didalamnya terarsib desain cover dari siapa saja yang pernah memesan blocknotes yang kini saya bikin sendiri dan tidak lagi menggunakan jasa abang foto copy. Banyak yang memesan untuk hadiah ulang tahun kekasih atau orang tersayang, persembahan anniversary atau sekedar untuk diri sendiri. Terlepas dari untuk siapa dan apapun blocknotes tersebut dipesan, nama-nama yang terarsib di folder tersebut telah melukis kebahagiaan saya dari mata berbinar ketika menerima blocknotes yang dipesannya.

Karena menulis adalah sebagian dari iman, let's create your own character by designing your own blocknotes. Mari melukis pelangi! (:

Selasa, 22 Mei 2012

Kaca Mata Pecah

Everything happen for a reason. Begitu kata Hollywood Nobody. Ouch.
Semua terjadi atas sebuah alasan.
Saya ketemu Danish :3 pasti agar karena tambah yakin kalau drummer itu selalu bikin lumer.
Air kran rumah mati, pasti karena biar saya SMS Pak Sabar.
Dan walaupun seharian sudah mata saya sakit akibat menggunakan kaca mata yang min-nya tidak sesuai, misteri-kaca-mata-tiba-tiba-pecah yang terjadi tadi pagi pasti juga ada alasannya.
Entah itu agar saya pergi periksa ke Dokter.
Entah itu karena Tuhan baik, mau saya kece pake kaca mata baru.
Atau agar saya sadar untuk tidak terlalu terbuai oleh kenyamanan yang ada dan sifatnya belum tentu permanen.
Satu lagi, pasti ada alasan kenapa The Triangle bisa-bisanya punya lagu judulnya How Could You.

Senin, 21 Mei 2012

Hidup.

Sore itu saya sedang duduk bersama Adit (teman UFO) didalam pagar panggung megah Nonton Bareng MotoGP yang diadakan Trans7 di alun-alun utara Jogjakarta. Karena pada awalnya kami merasa akan sulit mendapat akses memotret di front stage, kami sepakat untuk datang lebih awal atas nama kegiatan lobbying yang akan kami lakukan. Ternyata, lobbying pada pihak panitia tidak sesulit yang kami pikirkan, sehingga akhirnya kami datang kepagian. Sangat kepagian.
Band yang ingin kami potret dijadwalkan manggung pukul 17.00 dan saat itu jam masih menunjukkan pukul 15.30. Akhirnya untuk menghabiskan waku, saya dan Adit mengobrol tentang banyak hal. Kebetulan kami juga sudah lama tidak bertemu. Obrolan mengenai tugas akhirnya, ulang tahun saya, sampai LGBT mengalir begitu saja. Pukul 17.00 lewat, band yang kami tunggu tak kunjung naik panggung. Akhirnya saya dan Adit memutuskan untuk keluar sejenak membeli minuman. Disekitar panggung ramai penjaja makanan, booth sponsor, dan terdapat pula sebuah wahana yang sering bapak saya sebut sebagai dremolen (kalau di Dufan, namanya bianglala, kalau biar gaul namanya ferish wheel). Ngomong-ngomong, saya selalu suka melihat bianglala. Ia berputar, berganti dari atas dan ke bawah. Seperti hidup.

Kalau diibaratkan bianglala, semua orang pasti pernah mengalami naik turun kehidupan dalam jangka waktu dekat atau panjang.
Walaupun bukan karena tidak bisa makan berhari-hari akibat tidak memiliki uang atau harus tinggal bersama hewan peliharaan seperti apa yang ditayangkan di acara Jika Aku Menjadi, saya sudah sempat (merasa) berada dititik terbawah rotasi bianglala dimana segala sesuatu terasa pahit dan tak kunjung usai untuk diperjuangkan.

Malam setelah pulang dari alun-alun, saya menangis dikamar. Beberapa kejadian hari itu membuat saya sesak hingga akhirnya meledak dan memantik air mata yang sudah minta dikeluarkan sejak dua hari sebelumnya. Saya merasa gelisah sepanjang hari, tidak tahu tujuan, ling-lung, dan bingung. Saya mencoba menghubungi Ibu, beberapa teman menanyakan kabar, dan pergi wudhu untuk sholat isya. Kesemuanya membuat air mata semakin deras. Tamparan bahwasanya kebahagiaan berlebih akan menghasilkan kesedihan yang berlebih pula dan keyakinan bahwa "jangan ketawa pagi-pagi  karena nanti malam bisa-bisa nangis lho" bukan sekedar mitos belaka kian menguat, karena kebetulan selama beberapa hari sebelum akhirnya terus merasa gelisah, hari-hari saya dihabiskan dengan senyum-senyum tidak jelas efek kejutan kedatangan Danish. Senyum lebay yang menghasilkan kebahagiaan. Yang lebay.

(Alun-alun Utara Jogjakarta)

Tapi karena analogi bianglala hasil ciptaan saya sendiri, percayalah bahwa hidup ini sebelas dua belas dengan bianglala. Kadang diatas kadan dibawah. Jangan pernah takut kelamaan berada dibawah, karena The Beatles bilang "And in the end the love you make is equal to the love you take". Berakit-rakit kehululah, karena pada akhirnya kita akan berenang-renang ketepian. Ingat, siapa yang menanam kebaikan pasti akan menuai kebahagiaan.
Mungkin hari sebelumnya saya banjir senyuman dan kemarin air mata berjatuhan. Namun, bukan tidak mungkin kan hari ini saya bertemu kebahagiaan? Kamu pun juga begitu.
Semoga harimu menyenangkan. (: