“Jadi nonton ERK nanti?”
Tanya saya kepada Fariz Ryadi, seorang teman disebuah organisasi kampus yang
saya ikuti dua tahun belakangan ini.
Dini hari ke – 16 di bulan
Januari saat hujan tak mau berhenti, dan saya girang setengah mati. Penyebabnya
adalah, entah dengan berat atau senang hati, Fariz Ryadi (atau yang lebih
sering dipanggil Fariz) mengulurkan kaos biru mudanya untuk saya, setelah
beberapa minggu sebelumnya saya becanda meminta kaos bergambar wajah drummer Efek Rumah Kaca yang sedang dia
pakai. Karena jarang mengobrol, dari situlah saya baru mengetahui bahwa Fariz juga penikmat musik ERK. Sejak saat itu, setiap ERK manggung di
Jogjakarta, saya selalu bertanya apakah Fariz akan datang menonton. Ternyata,
Fariz bukan hanya seorang penikmat musik ERK. Dia hafal juga lagu – lagu OASIS, The Cure, Adele, sampe Marcell. Saat
kebetulan saya berada di satu mobil bersama Fariz, diapun turut bernyanyi ketika sebuah stasiun radio memutar lagunya Ungu,
Ecoutez, Bruno Mars, hingga Vitamin C. Tak jarang, saya mendengar dia
menyenandungkan lagu - lagu The S.I.G.I.T dan beberapa kali saya melihat
dia mengenakan kaos hitam
bertuliskan Bullet For My Valentine. Hem, saya terpaksa berspekulasi bahwa Fariz
adalah penikmat musik apa saja, dan itu membuatnya asyik ketika diajak
mengobrol tentang musik.
HAP! Kembali pada kaos biru.
Sebelum atau sesudah penyerahan kaos tersebut, intensitas komunikasi antara
saya dan Fariz tidak berubah, bahkan dapat dibilang karena kesibukan studynya, kami makin jarang bertemu.
Saat Fariz harus menjalani dua bulan masa kerja prakteknya di Cirebon, saya
mengetikkan pesan singkat untuknya dibeberapa pagi, sekedar menanyakan kabar
atau untuk mencari tahu bagaimana keadaannya, ketika saya dengar tiba – tiba dia tumbang hingga akhirnya
dirawat di rumah sakit. Dua bulan berselang, akhirnya kami bertemu kembali
disuatu malam untuk membahas suatu kegiatan. Fariz mengaitkan lima
jari tangan kanannya di lima jari tangan kiri saya dan kebiasaan sebelum dia pergi kerja praktek, kami melakukan “Tos Bapak Bawa Almari dari Betawi”.
Suatu siang, saya dan Fariz
bertemu untuk sekedar makan. Kami mengobrolkan hal penting dan tidak penting
yang kami mau. Seperti kebanyakan obrolan saya dengan teman dekat pada umumnya,
saya merasa nyaman untuk menceritakan keinginan dan mimpi – mimpi saya yang
sering tidak penting kepadanya. Saat itu saya ungkapkan keinginan saya untuk
berlibur ke dufan dengan mengendarai kendaraan pribadi dari Jogjakarta menuju
Jakarta, pergi jauh keluar Jawa, dan terakhir berwisata ke Thailand. Fariz
hanya tersenyum menanggapi mimpi – mimpi saya. Saya tidak peduli, dan terus
bercerita.
Terlepas dari komunikasi biasa –
biasa saja yang terjalin antara saya dan Fariz, saya diam – diam mengidolakan
Fariz. (Secara ya Riz, kamu vocalis band spesialis lagu nasional gitu kan ya). Sebenarnya,
saya semacam tidak mengetahui apa – apa tentang dirinya. Tentang dimana Ia
tinggal sebelum memutuskan hijrah ke daerah Seturan, apa makanan favoritnya,
atau siapa pacarnya. Maklum, Fariz jarang curhat. Sekalinya curhat dia cerita
enggak boleh ikut ujian. Hem. Namun, betapa saya melihat pribadi yang bebas
dimatanya. Ia bisa melakukan apa saja secara spontan. Potensial menjadi seorang
teman perjalanan yang menyenangkan, karena selain merupakan tipe laki – laki
yang bisa melindungi, Fariz juga merupakan pengendara yang baik (dia adalah
orang yang membuat saya mengerti bahwa membunyikan klakson pada malam hari
ketika berkendara itu dilarang). Dan
yaaa menurut pengamatan saya aja sih ini (waseek), Fariz adalah seorang anak
laki – laki yang sangat mencintai ibunya. Simply,
alasan saya mengidolakan Fariz adalah karena Fariz baik. Baik, karena dia mau
menjadi partner setia yang tidak malu melakukan “Tos Bapak Bawa Almari Dari Betawi”
dihadapan banyak orang. Baik, karena Fariz selalu berjalan disebelah kanan saya
ketika dijalan raya (sebenarnya saya juga enggak begitu paham tujuannya apa,
tapi sepertinya untuk melindungi dan mencegah kemungkinan saya terserempet
kendaraan yang lewat). Baik, karena Fariz merelakan kaos birunya untuk saya.
Dan tentu saja baik, karena Fariz memang baik pada semua orang.
Sekarang, Fariz sedang berada di
masa mendewasa saat dia harus mulai bersentuhan dengan, emm skripsi. Saya mulai
kesusahan untuk menemuinya di
sekretariat organisasi, atau hanya untuk sekedar bertemu, mengobrol menghabiskan
malam karena menurut Fariz, sekarang kerjaannya cuma bolak – balik kontrakan –
kampus – perpustakaan. Beberapa kali, sadar atau tidak, Fariz mengingatkan saya
untuk lebih rajin belajar. Yang tersirat bukan cuma sekedar rajin belajar di
kampus, tapi juga rajin belajar, untuk tidak gampang mengeluh dan untuk
mendewasakan setiap perilaku serta pemikiran.
“Kuliah atuh mbaknya, jangan main
terus”. Jleb! Aduh, rasanya kaya
ditampar sampai memar, waktu Fariz mengingatkan saya untuk kembali ke jalan
yang benar.
Riz, apapun motivasi kamu kalau
udah mulai berkata serius ke aku kaya “Kamu engga bisa karena kamu engga pernah
belajar!”, “Coba dipikirin dulu. Lhah, itu mah gampang tadi katanya susah?”,
atau yang terakhir waktu aku cerita ke kamu kalau aku engga PD ikut ujian mata
kuliah Komrekson karena ujiannya adalaaah… Pementasan drama. Krik. Dan kamu
bilang “Bisa, bisa, pasti bisa. Masa gitu doang engga bisa?”. Aku yakin, pasti
kamu bermaksud baik, kaya si Wahy yang selalu memberi pengertian ke aku, kalau
aku harus percaya diri. selalu marah waktu aku mulai ngerasa minder, atau si
Decin yang langsung bilang “Note that!”,
waktu ngelihat wallpaper hape aku yang bertuliskan “No one is going to love you, if you don’t love your self”.
Sebentar lagi tahun berganti dan
saya tidak tahu menahu soal rencana Fariz nanti. Tapi enggak dosa kan ya kalo
saya pengen bikin janji ke Fariz dan sekuat tenaga menepati?
2012 nanti Riz, walaupun cuma spekulasi, aku tahu kamu bakal makin sibuk ngurusin itu dan ini. Aku yakin kamu bakal sukses suatu hari. Untuk itu, kamu harus menjalani ini semua dengan semangat berapi - api, yah. Janjiku padamu: mulai tahun baru nanti, kalau bawa mobil aku enggak bakal ugal – ugalan lagi. Janjinya ga penting dan ga nyambung ya? Tapi aku sepenuh hati kok ini. :)
2012 nanti Riz, walaupun cuma spekulasi, aku tahu kamu bakal makin sibuk ngurusin itu dan ini. Aku yakin kamu bakal sukses suatu hari. Untuk itu, kamu harus menjalani ini semua dengan semangat berapi - api, yah. Janjiku padamu: mulai tahun baru nanti, kalau bawa mobil aku enggak bakal ugal – ugalan lagi. Janjinya ga penting dan ga nyambung ya? Tapi aku sepenuh hati kok ini. :)
Selamat tahun baru 2012, Fariz
Ryadi.
My prayer is always with you.
(Bersama Adit dan Kak Gigi, Gelanggang Mahasiswa UGM, Ulang Tahun Ke - 20 UFO UGM)
My prayer is always with you.
(Bersama Adit dan Kak Gigi, Gelanggang Mahasiswa UGM, Ulang Tahun Ke - 20 UFO UGM)
Regard,
Astrini.
Astrini.