Sabtu, 05 Februari 2011

(masih) prolog

13 bulan, lewat 4 hari, dan beberapa jam
bukan waktu yang singkat untuk bertahan jalan di tempat.
Bukan.. Bukan.. Bukan berjalan ditempat tapi diam ditempat.

Siang itu kita bertemu.
Semua berbalik menjadi semu, tapi terasa baku. Dan aku suka itu.
Yang tidur bukan lagi kamu. Dan yang mengeluh kini berganti menjadi aku.
Seperti biasa, nyaman.
Seperti biasa, menyenangkan.
Seperti biasa, aku tak ingin pulang.

Kamu diam, dan aku ceriwis lewat mata yang mengeluarkan air. Aku menangis.
Kamu bilang aku jelek kalau sedang menangis.
Aku bilang menangis bukan pilihan yang jelek sekarang.

"Janji ya, kamu akan move on?" Katamu.
Aku berjanji.
"Janji ya, kamu akan move on?" Kataku.
Kamu menggeleng.
Aku bertanya mengapa.
dan kamu jawab tidak ada apa-apa.
Padahal harus selalu ada mengapa, kalau ingin tau sesuatu itu apa.
Lantas, kalau kamu bilang tidak ada apa-apa aku harus bagaimana?

Diam ditempat bisa menjadi awal yang baik untuk perlahan jalan ditempat, lari ditempat, dan melesat cepat -dengan-dua-kaki-kita-masing-masing-

Berlari dari Jakal, menuju Sagan,
sesekali beranjak dan berhenti di Kolonel Fried Chicken
namun seringnya langsung melintas Jalan Solo, dan tiba di Yadara.
Berbagi bantal, dan menceritakan masa depan.

Namun,
masa depan bukan hanya tentang mengitari jalan, sayang.





Asa.
Karena yang berlari bukan kita.
Tapi angan. Angan kita.
Percuma.

2 komentar: