Selasa, 27 Desember 2011

Person Of The Year 2011


“Jadi nonton ERK nanti?” Tanya saya kepada Fariz Ryadi, seorang teman disebuah organisasi kampus yang saya ikuti dua tahun belakangan ini.
Dini hari ke – 16 di bulan Januari saat hujan tak mau berhenti, dan saya girang setengah mati. Penyebabnya adalah, entah dengan berat atau senang hati, Fariz Ryadi (atau yang lebih sering dipanggil Fariz) mengulurkan kaos biru mudanya untuk saya, setelah beberapa minggu sebelumnya saya becanda meminta kaos bergambar wajah drummer Efek Rumah Kaca yang sedang dia pakai. Karena jarang mengobrol, dari situlah saya baru mengetahui bahwa Fariz juga penikmat musik ERK. Sejak saat itu, setiap ERK manggung di Jogjakarta, saya selalu bertanya apakah Fariz akan datang menonton. Ternyata, Fariz bukan hanya seorang penikmat musik ERK.  Dia hafal juga lagu – lagu OASIS, The Cure, Adele, sampe Marcell. Saat kebetulan saya berada di satu mobil bersama Fariz, diapun turut bernyanyi ketika sebuah stasiun radio memutar lagunya  Ungu, Ecoutez, Bruno Mars, hingga Vitamin C. Tak jarang, saya mendengar dia menyenandungkan lagu - lagu The S.I.G.I.T dan beberapa kali saya melihat dia  mengenakan kaos hitam bertuliskan Bullet For My Valentine. Hem, saya terpaksa berspekulasi bahwa Fariz adalah penikmat musik apa saja, dan itu membuatnya asyik ketika diajak mengobrol tentang musik.
HAP! Kembali pada kaos biru. Sebelum atau sesudah penyerahan kaos tersebut, intensitas komunikasi antara saya dan Fariz tidak berubah, bahkan dapat dibilang karena kesibukan studynya, kami makin jarang bertemu. Saat Fariz harus menjalani dua bulan masa kerja prakteknya di Cirebon, saya mengetikkan pesan singkat untuknya dibeberapa pagi, sekedar menanyakan kabar atau untuk mencari tahu bagaimana keadaannya, ketika saya dengar  tiba – tiba dia tumbang hingga akhirnya dirawat di rumah sakit. Dua bulan berselang, akhirnya kami bertemu kembali disuatu malam untuk membahas suatu kegiatan. Fariz  mengaitkan lima jari tangan kanannya di lima jari tangan kiri saya dan kebiasaan sebelum dia pergi kerja praktek, kami melakukan “Tos Bapak Bawa Almari dari Betawi”.
Suatu siang, saya dan Fariz bertemu untuk sekedar makan. Kami mengobrolkan hal penting dan tidak penting yang kami mau. Seperti kebanyakan obrolan saya dengan teman dekat pada umumnya, saya merasa nyaman untuk menceritakan keinginan dan mimpi – mimpi saya yang sering tidak penting kepadanya. Saat itu saya ungkapkan keinginan saya untuk berlibur ke dufan dengan mengendarai kendaraan pribadi dari Jogjakarta menuju Jakarta, pergi jauh keluar Jawa, dan terakhir berwisata ke Thailand. Fariz hanya tersenyum menanggapi mimpi – mimpi saya. Saya tidak peduli, dan terus bercerita.
Terlepas dari komunikasi biasa – biasa saja yang terjalin antara saya dan Fariz, saya diam – diam mengidolakan Fariz. (Secara ya Riz, kamu vocalis band spesialis lagu nasional gitu kan ya). Sebenarnya, saya semacam tidak mengetahui apa – apa tentang dirinya. Tentang dimana Ia tinggal sebelum memutuskan hijrah ke daerah Seturan, apa makanan favoritnya, atau siapa pacarnya. Maklum, Fariz jarang curhat. Sekalinya curhat dia cerita enggak boleh ikut ujian. Hem. Namun, betapa saya melihat pribadi yang bebas dimatanya. Ia bisa melakukan apa saja secara spontan. Potensial menjadi seorang teman perjalanan yang menyenangkan, karena selain merupakan tipe laki – laki yang bisa melindungi, Fariz juga merupakan pengendara yang baik (dia adalah orang yang membuat saya mengerti bahwa membunyikan klakson pada malam hari ketika berkendara itu dilarang).  Dan yaaa menurut pengamatan saya aja sih ini (waseek), Fariz adalah seorang anak laki – laki yang sangat mencintai ibunya. Simply, alasan saya mengidolakan Fariz adalah karena Fariz baik. Baik, karena dia mau menjadi partner setia yang tidak malu melakukan “Tos Bapak Bawa Almari Dari Betawi” dihadapan banyak orang. Baik, karena Fariz selalu berjalan disebelah kanan saya ketika dijalan raya (sebenarnya saya juga enggak begitu paham tujuannya apa, tapi sepertinya untuk melindungi dan mencegah kemungkinan saya terserempet kendaraan yang lewat). Baik, karena Fariz merelakan kaos birunya untuk saya. Dan tentu saja baik, karena Fariz memang baik pada semua orang.
Sekarang, Fariz sedang berada di masa mendewasa saat dia harus mulai bersentuhan dengan, emm skripsi. Saya mulai  kesusahan untuk menemuinya di sekretariat organisasi, atau hanya untuk sekedar bertemu,  mengobrol menghabiskan malam karena menurut Fariz, sekarang kerjaannya cuma bolak – balik kontrakan – kampus – perpustakaan. Beberapa kali, sadar atau tidak, Fariz mengingatkan saya untuk lebih rajin belajar. Yang tersirat bukan cuma sekedar rajin belajar di kampus, tapi juga rajin belajar, untuk tidak gampang mengeluh dan untuk mendewasakan setiap perilaku serta pemikiran.
“Kuliah atuh mbaknya, jangan main terus”. Jleb! Aduh, rasanya kaya ditampar sampai memar, waktu Fariz mengingatkan saya untuk kembali ke jalan yang benar.
Riz, apapun motivasi kamu kalau udah mulai berkata serius ke aku kaya “Kamu engga bisa karena kamu engga pernah belajar!”, “Coba dipikirin dulu. Lhah, itu mah gampang tadi katanya susah?”, atau yang terakhir waktu aku cerita ke kamu kalau aku engga PD ikut ujian mata kuliah Komrekson karena ujiannya adalaaah… Pementasan drama. Krik. Dan kamu bilang “Bisa, bisa, pasti bisa. Masa gitu doang engga bisa?”. Aku yakin, pasti kamu bermaksud baik, kaya si Wahy yang selalu memberi pengertian ke aku, kalau aku harus percaya diri. selalu marah waktu aku mulai ngerasa minder, atau si Decin yang langsung bilang “Note that!”, waktu ngelihat wallpaper hape aku yang bertuliskan “No one is going to love you, if you don’t love your self”.
Sebentar lagi tahun berganti dan saya tidak tahu menahu soal rencana Fariz nanti. Tapi enggak dosa kan ya kalo saya pengen bikin janji ke Fariz dan sekuat tenaga menepati?
2012 nanti Riz, walaupun cuma spekulasi, aku tahu kamu bakal makin sibuk ngurusin itu dan ini. Aku yakin kamu bakal sukses suatu hari. Untuk itu, kamu harus menjalani ini semua dengan semangat berapi - api, yah. Janjiku padamu: mulai tahun baru nanti,  kalau bawa mobil aku enggak bakal ugal – ugalan lagi. Janjinya ga penting dan ga nyambung ya? Tapi aku sepenuh hati kok ini. :)
Selamat tahun baru 2012, Fariz Ryadi.
My prayer is always with you.


(Bersama Adit dan Kak Gigi, Gelanggang Mahasiswa UGM, Ulang Tahun Ke - 20 UFO UGM)


Regard,
Astrini.


1 komentar:

  1. Person of The Year kurang afdol jikalau si yang bersangkutan tidak diberi senyum, karena tujuannya adalah untuk memberikan suasana kebahagiaan kepada orang di sekitar kita :D

    BalasHapus