Minggu, 20 Maret 2011

#romantis

Baru tadi malam,
Belum begitu larut ketika rintik hujan datang.
Di perempatan kota dengan lampu merah menyala,
Aku menjadi saksi hidup keromantisan yang terjadi antara dua insan sedang bergoncengan.
Laki-laki dan perempuan.
Si perempuan berwujud mungil, dengan jaket jins dan kerudung putih.
Sang laki-laki terlihat hangat dengan jaket biru seperti beludru
Aku memperhatikan keduanya sebelum keromantisan itu terjadi.
Detik pertama mereka diam.
4 detik kemudian, si perempuan merangkulkan tangannya pada sang laki-laki dari belakang, Tampaknya ia kedinginan.
Detik berikutnya, sang laki-laki memegang erat tangan mungil yang mendekapnya.
Mungkin berharap akan menularkan kehangatan.
Si perempuan terlihat nyaman.
Lalu menyandarkan kepala ke punggung yang ada didepannya.
Dan detik terakhir aku menatap, keduanya hilang terbawa kecepatan kendaraan.
Aku tersenyum, dan langsung teringat sosok laki-laki.
Ayahku, Edi Widiastomo yang tampan.

Aku biasa memanggil ayahku dengan sebutan Papa.
Menyapanya dengan Papih di sms.
dan menyimpan nomernya dengan nama Papih Ganteng di handphone ku

Papih,
Mengajari aku tentang kesederhanaan
Menularkan aku sifat keras
Tidak berekspresi saat aku telah berada di atas kereta
Datang ke Yogya menonton pameran foto yang aku ikuti
Kurang setuju dengan hubunganku dan mantan pacarku.
Tiba di Jogja pukul 08.00 dan pulang pukul 08.05 untuk mengantarkan dompetku yang tertinggal.

Papih, adalah ayah yang mencintai Momiku, Mbak Asa, Dek Tata, Dek Syifa. Dan aku.
Papih adalah ayah yang Momiku, Mbak Asa, Dek Tata, Dek Syifa dan aku cintai.

Tak ada alasan untuk iri pada gadis mungil tadi.

Karena,
Ayahku, tak kalah romantis dengan ayahnya.

1 komentar:

  1. jadi kangen papah-ku, sampe rasanya panas mata ini :")

    salam kenal :)


    http://ndutyke.tumblr.com/

    BalasHapus