Selasa, 08 Maret 2011

Phobia

Aku tidak tahu bagaimana awalnya.
Yang aku tahu, sejak kecil aku sudah membencinya.
Setiap aku singgah kerumah eyang putri disebelah rumah, aku harus berjingkat dan lari agar tidak bersentuhan atau hanya sekedar memandang.

Waktu itu aku kelas satu, saat masih berputih biru.
Tidak langsung pulang kerumah karena kewajiban bergaul dengan teman sejawat.
Aku ingat, waktu itu aku menangis menggebu hampir rubuh.
Dikeranjang sepeda hitamku, aku menemukan beronggok-onggok kemungilan memuakkan.
Masih merah dan mengerikan.
Lalu, tas biru mudaku ditarik kencang.
Dibelakangku, seorang bocah laki-laki menggengam spesies yang sama dengan yang ada dikeranjang sepedaku.
Aku berteriak, berlari, dan hampir rubuh sekali lagi.

Waktu itu masih saja aku kelas satu,
mengerjakan tugas dirumah seorang teman.
Kulit kakiku bersentuhan dengan sehelai bulunya.
Dan lalu, muncul bentol di area itu.

Berteriak, bergidik, dan gemetar.
Setiap kali makhluk itu mendekat, bahkan masih 3 meter jaraknya.

Kesenangan memang dekat dengan ketidak senangan.
Tawa dan canda memang tak jauh jaraknya dengan air mata.
Teriakanku, gidikanku, dan gemetarku mengganggumu, aku tahu itu.
Namun,
Mengertikah kamu bagaimana rasanya kau didekati oleh apa yang kamu takuti?

Aku.
Phobia
Kucing, Cuk!

2 komentar:

  1. ckck nggak papa ya Mbak As nggak bisa main sama kucing aku yang lucu banget itu hehehe

    BalasHapus
  2. hihihi achii masih inget gak waktu di rumahku ada kucing kamu langsung lari sampe depan rumah tetanggaku jarak 5 meter padahal ujan2 ?

    BalasHapus