Dengan diantar seorang teman, pagi tadi saya berangkat menuju Stasiun Lempuyangan untuk pulang ke kampung halaman. Setelah duduk kurang lebih 3,5 jam dikereta api ekonomi yang saya tumpangi, tibalah saya di Stasiun Madiun. Lihaaat, Ayah saya yang setia menjemput jam berapapun apabila saya pulang kampung telah menunggu dipintu keluar. Setelah melakukan toss kami bertolak pulang.
Dirumah, Ibu sudah menunggu dengan senyuman. Siang itu, beliau pulang dari kantor lebih awal. Katanya, menunggu gudeg yang saya bawa dari perantauan. Sambil makan bersama, kami banyak bercerita seperti biasa. Siang ini topik pembicaraan adalah persiapan keberangkatan ayah dan ibu mengunjungi kakak saya di seberang benua. Berkat ketrampilan packing yang Ibu miliki, barang-barang yang hendak dibawa seperti oleh-oleh khas Indonesia seperti batik dan jajanan titipan kakak saya seperti beng-beng dan lain sebagainya telah tertata rapi dikoper. Setelah semuanya beres, Ibu baru ingat apabila ada satu hal yang terlewat, yaitu sambal sachet yang juga pesanan kakak saya. Untuk itu, ayah bergegas berangkat menuju swalayan terdekat. Siang tadi terik sekali, tak heran kalau pulang-pulang ayah membawa berbotol-botol minuman segar kesukaannya. Ia membeli banyak sekali, katanya sekalian untuk bekal besok dijalan. Panasnya udara, ditambah pemandangan berbotol-botol minuman segar yang dibawa ayah, membuat pikiran saya langsung melayang pada sosok laki-laki separuh baya, bermuka garang, dan berkulit kecoklatan; Cak'e.
Cak'e adalah pemilik sebuah warung di seputaran jalan Mangga, Madiun. Warung Cak'e ini bukan warung biasa, karena warungnya adalah satu-satunya warung di Madiun yang menjual teh tarik. Entah, saya lupa sejak kapan saya mulai kecanduan, yang jelas dan sumpah saya tidak lebay, Teh Tarik Cak'e ini merupakan teh tarik terbaik yang pernah saya minum. Teh tarik ini dibuat dengan benar-benar ditarik, rasanya begitu pas, dan pelayanan yang menyenangkan. Kurang apalagi untuk membuat saya ketagihan?
Dulu, ketika masih SMA dan punya pacar, saya tidak pernah absen mengunjungi warung cak'e setiap malam minggu. Ketika saya ngambek atau punya mau tapi tidak keturutan, mantan saya selalu tahu kemana harus membawa saya. Segelas teh tarik cukup menjadi penawar ketidak enakan hati. Haha. Murahan sekali ya saya. Tinggal sogok pakai teh tarik, semuanya akan jadi baik-baik saja.
Hingga kini, ditahun ketiga masa perkuliahan saya, Warung Cak'e mengalami perkembangan. Warungnya tidak lagi kecil dan dikunjungi orang yang itu-itu saja. Setiap pulang kampung, saya pasti menyempatkan diri untuk bertandang ke warung Cak'e. Bahkan setiap ada teman dari luar kota yang main ke Madiun, pasti saya ajak mampir juga untuk melihat proses pembuatan dan menikmati cita rasa teh tarik yang disajikan.
Ah, menulis sedikit tentang Teh Tarik Cak'e sudah membuat Enzim Ptialin saya terstimulus untuk bereaksi secara aktif. Namun sayang, atas nama permintaan ayah saya yang ingin berkumpul bersama sebelum keberangkatannya, bayangan minum segelas teh tarik yang dari tadi mengusik harus sirna untuk sementara. Tidak apalah, toh saya rela-rela saja menunda kembali ke Jogjakarta demi menikmati segelas teh tarik malam minggu besok. Asik.
Selamat malam. Semoga mimpi minum Teh Tarik Cak'e.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar